watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KENANGAN EBTANAS

Pertama-tama aku mau memperkenalkan diri
dulu. Namaku "Eot" (nama panggilan dari
orangtua dan teman-teman). Aku sekarang
berumur 24 tahun dan sudah bekerja di salah
satu perusahaan konsultan swasta di Jakarta.
Cerita ini merupakan kisah nyata yang benar-
benar terjadi beberapa tahun yang lalu (kira-kira
bulan July tahun 2004), saat itu aku baru duduk
di kelas 1 SMA di SMA Negeri 'XXX' di kota
Bandung. Pada saat itu aku punya seorang pacar
yang sudah kupacari selama kurang lebih 1
tahun 2 bulan, aku dan dia memang sudah
pacaran semenjak di bangku SMP (pada saat itu
aku dan dia sama-sama di SMP negeri-Bandung)
. Pacarku adalah adik kelasku pada saat itu.
"Poppy", ya Poppy adalah pacar pertamaku
pada saat itu, Poppy merupakan anak bungsu
dari 5 bersaudara, kakaknya semua cowok.
Poppy tinggal pada sebuah keluarga yang serba
berkecukupan, orang tuanya termasuk salah
satu orang terpandang di kota Bandung saat itu.
Poppy memiliki wajah yang menurutku sangat
imut-imut, dengan potongan body yang relatif
kecil (163 cm, 45 kg), kulit putih bagai kapas
tanpa cacat sedikitpun. Ditambah dengan
penampilannya yang cuek tapi rapih, tentu saja
dia membuatku semakin jatuh cinta. Satu hal
yang membuatku tergila-gila padanya adalah
matanya yang bulat dihiasi dengan hidung kecil
mancung dan bibir kecilnya yang berwarna
merah muda tanpa lipstik dan selalu basah itu.
Aku dan dia berpacaran sudah cukup lama,
selama berpacaran aku sangat menghargai dia,
pertama karena aku sangat mencintai dia, selain
itu aku pun melihat keberadaan keluarganya.
Waktu berjalan tidak terasa 1 tahun lebih aku
berpacaran dengannya tanpa ada masalah,
bahkan aku dan keluarganya (ayah, ibu dan
kakak-kakaknya) sudah benar-benar diterima
seperti layaknya anak sendiri, hal ini membuatku
semakin yakin akan gadis pilihanku ini. Dalam
waktu yang sekian lama kegiatan pacaran kami
hanya berkisar antara nonton di bioskop ataupun
makan-makan di restoran, selama itu aku belum
pernah mencium bibir merahnya, ataupun
memeluknya walaupun pada dasarnya aku
memiliki hasrat untuk melakukan hal itu, namun
hasrat tersebut kalah oleh rasa cinta dan
sayangku padanya, sehingga aku tidak ingin
sedikitpun melukai hatinya. Paling-paling cium
kening sebelum pulang apel yang selalu
kulakukan padanya selama kurun waktu tersebut
sebagai penghias cinta kami berdua.
Singkat cerita, pada saat aku duduk di kelas 1
SMA, dimana Poppy yang adik kelasku itu duduk
di kelas 3 SMP akan menghadapi EBTANAS untuk
masuk ke SMA, Aku yang sudah benar-benar
dipercaya oleh keluarganya, mendapatkan
perintah dari kedua orangtuanya untuk
memberikan bimbingan kepada Poppy selama
masa EBTANAS tersebut. Aku yang jelas-jelas
sangat menyayanginya sudah barang tentu tidak
akan mengecewakan dirinya apalagi kedua orang
tuanya. Karena aku sudah mendapatkan mandat
untuk memberikan bimbingan selama masa
EBTANAS itu, maka aku pun dianjurkan untuk
menginap di rumahnya selama kurang lebih 2
malam. Pada mulanya aku ragu untuk menginap
di rumahnya, karena memang aku belum
pernah menginap di rumah teman cewek,
apalagi di rumah cewekku sendiri seperti ini.
Namun berkat dorongan kedua orangtua serta
kakak-kakaknya yang terus memaksa, akhirnya
aku pun memberanikan diri untuk menginap
selama 2 malam di rumah kekasihku.
Malam Senin (malam pertama aku menginap).
Aku datang ke rumahnya (kira-kira pkl 18.30
WIB)menggunakan sepeda motorku,
sesampainya di rumahnya, aku memencet bel,
tak lama kemudian Poppy muncul dengan
berlari-lari kecil, "Eh, Kaka, kok jam segini baru
dateng sih, Poppy sudah nungguin dari tadi tau,
katanya mau dari siang", ujar Poppy sambil
membukakan pintu garasi rumahnya. (Oh iya
aku lupa menjelaskan pada pembaca bahwa
selama berpacaran Poppy selalu memanggilku
dengan panggilan "Kaka"). Aku pun menuntun
sepeda motorku masuk dalam garasi rumahnya.
"Ayo, Kak, buruan masuk, itu tasnya taruh saja
di kamarnya Mas Dody", ujar Poppy sambil
menarik lenganku menuju kamar kakaknya (Mas
Dody) yang kebetulan sedang pergi ke
Pangandaran bersama teman-temannya. "N'tar
dulu dong Pop, aku kan belon ketemu Ibu dan
Bapak, masa sih langsung main masuk kamar
saja, entar disangka nggak sopan lagi", ujarku.
"Oh, iya lupa", ujar Poppy sambil tersenyum
kecil dan mencubit lenganku, yang membuatku
semakin gemes kepingin mencium bibir
mungilnya itu. Tak sadar aku pun terbengong-
bengong melihat wajah imutnya sambil
pikiranku membayangkan aku sedang mencium
bibir sambil berpelukan dengannya. "Eh, kok
malah bengong bukannya masuk, hayo lagi
mikirin siapa yaa?" ujar Poppy. Aku pun
tersentak kaget dan tersadar dari lamunanku.
"Eh, nggak kok, ujarku sambil buru-buru
membuang pikiran kotorku, takut ketahuan lagi
mikirin yang jorok-jorok.
Tak lama kemudian muncul Ibunya, "Eh, Nak
Eot, kapan dateng kok nggak kedengeran", ujar
ibunya sambil mempersilakan aku masuk ke
dalam ruang keluarganya. "Sudah, dari tadi bu",
sahutku pelan sambil berjalan menuju ke dalam.
"Nanti, Nak Eot tidur saja di kamarnya Dody,
kebetulan Dody sedang keluar kota jadi
kamarnya kosong", ujar ibunya.
"Iya Bu", sahutku.
"Poppy, ayo ajak masnya makan malem dulu,
sebelum belajar!" ujar ibunya sambil mengajak
kami ke ruang makan untuk makan malam.
"Kak, ayo makan dulu, nanti masuk angin lho",
ajak Poppy sambil menuntun tanganku menuju
ruang makan. Kami pun makan malam bersama
bertiga. Ternyata ayahnya sedang dinas keluar
kota sedangkan kakak-kakaknya pergi semua
keluar dengan alasan malas untuk mengajarkan
adiknya yang sedang menghadapi EBTANAS ini.
"Untung ada Nak Eot, kalau nggak bisa gawat
nih, mana kakak-kakaknya Poppy pada ngabur
lagi, wah maaf ya Nak Eot, jadi merepotkan nih",
ujar ibunya. "Oh, nggak apa-apa kok Bu, kan
kalau Poppy NEM-nya bagus, saya juga yang
senang Bu", balasku sambil melirik ke arah
Poppy yang tersenyum-senyum manja. Setelah
makan malam, aku dan Poppy ditinggal oleh
ibunya, masuk ke dalam kamar.
Aku pun mulai mengajari Poppy di ruangan
komputer, malam itu Poppy menggunakan baju
kaos tipis berwarna putih, dipadu dengan rok
mini corak kotak-kotak merah-hitam sehingga
tampak kontras sekali di kulit pahanya yang putih
bersih. Selama mengajarinya mataku kadang
terpaku kepada pahanya yang putih mulus, ingin
rasanya aku mengelusnya, merasakan
kehangatan pahanya, namun apakah hal itu
mungkin, sedangkan selama ini aku belum
pernah melakukan hal tersebut. Tak terasa aku
menjadi terangsang, dan kemaluanku pun
menjadi tegang, namun sebelum menjadi
semakin parah segera kubuang pikiran itu jauh-
jauh.
Soal demi soal dikerjakan, waktu pun tidak terasa
sudah menunjukkan pukul 22.30 (setengah
sebelas malam).
"Kak, sudah dulu ah, istirahat dulu sebentar,
Poppy kan capek", ujar Poppy sambil
menggelendot manja.
"Eh, Poppy masak sih baru sebentar saja sudah
capek, nanti NEM-nya jelek lho", sahutku.
"Ya, tapi kan kalau sudah capek dipaksain terus
belajar juga malah nggak bagus", jawab Poppy.
"Dasar kamu pinter ngomong, ya sudah kalau
gitu kukasih kamu 1 soal lagi, nanti kalau bisa
ngerjain dan jawabannya benar, kamu aku kasih
hadiah dan boleh istirahat", ujarku lagi.
"Asyiiikkk..., benar ya, tapi hadiahnya apa?"
tanya Poppy padaku.
"Ya, sudah sekarang kerjain saja dulu nanti
hadiahnya surprise", jawabku. Poppy pun
mengerjakan soal, sementara aku bingung
memikirkan hadiah apa yang bakal diberikan
padanya sedangkan tadinya aku hanya iseng
saja, dan benar-benar tidak memiliki sesuatu
yang akan diberikan padanya. Akhirnya tidak
lama kemudian Poppy pun menyelesaikan soal,
kuperiksa dan ternyata jawabannya tidak ada
yang salah.
"Gimana Pak Guru, apa jawabannya benar",
tanya Poppy,
"Aku pun menganggukkan kepalaku sambil
tersenyum padanya.
"Nah, sekarang mana janjinya, katanya mau
ngasih hadiah", tanya Poppy.
"Oh iya ya, naah sekarang pejamkan dulu mata
kamu baru nanti saya kasih hadiahnya", ujarku
pelan. Poppy pun menurut memejamkan kedua
belah matanya.
"Sudah belum", ujar Poppy mendesakku.
"Sebentar, dulu dong", jawabku. Aku pun
memandangi wajah imutnya, bibir mungilnya,
hidung mancungnya, semua terasa sangat indah
malam itu, aku pun memang sudah berniat
untuk memberanikan diri akan memberikan
sesuatu yang belum pernah kuberikan padanya
malam ini. Aku pun mendekatkan wajahku
padanya, pelan-pelan kudekati bibir mungilnya,
dengan perasaan dag-dig-dug tak menentu
akhirnya kuberanikan diriku dan kedua bibir kami
pun bersentuhan, bibirnya terasa sangat lembut
dan hangat. Aku takut dia akan marah atau
menganggapku kurang ajar. Sesaat kemudian
dia membuka kedua matanya, kupandang
wajahnya takut-takut, tak lama kemudian ia pun
tersenyum padaku, "Ma kasih ya Kak", ujarnya
sambil tersenyum manja, manis sekali. Ingin
rasanya aku berteriak karena girang, ternyata
bisa juga aku merasakan bibirnya walaupun
hanya sekejap, batinku dalam hati. "Sudah, ya
hanya segitu saja hadiahnya Kak", ujar Poppy
lagi. "Ya, kalau pengen hadiah lagi juga nggak
apa-apa", harapku ragu-ragu.
Tak disangka Poppy pun memelukku sambil
mencium bibirku, akhirnya kami pun saling
berciuman sambil berpelukkan, nafsuku semakin
tinggi setelah kedua buah dadanya menyentuh
dadaku, terasa kenyal dan hangat, ingin rasanya
aku memegangnya. Kami terus berciuman,
sementara tanganku sudah mulai berani
mengelus-elus punggung, kemudian pelan-pelan
turun ke arah pantat, gila benar... pantatnya
empuk benar, sudah gitu hangat lagi, tapi aku
tidak berani berlama-lama di area tersebut, aku
pun kembali memindahkan tanganku di
punggungnya, kembali mengelus-elus
punggungnya sambil lidah kami berdua saling
berpagutan di dalam, benar-benar malam spesial
yang sangat indah, batinku dalam hati.
"Pop, apa Ibu sudah tidur, n'tar ketauan lagi",
kataku sambil melirik ke arah kamar sang Ibu,
"Nggak apa-apa kok, kalau Ibu biasanya jam
sepuluh sudah tidur", jawab Poppy
menenangkanku. Jawaban Poppy benar-benar
membuatku tenang, tapi juga membuat birahiku
semakin memuncak, akhirnya kami pun kembali
berciuman, aku pun memberanikan diri untuk
memegang buah dadanya, mula-mula kuelus
dari belakang, kemudian menjalar dari samping,
terasa kenyal, ternyata bagian bawah buah
dadanya sudah terpegang olehku, dia diam saja,
sementara aku semakin lupa diri, dan akhirnya
kuberanikan diri untuk memegang buah
dadanya dari depan, ternyata dia diam saja
bahkan kudengar nafasnya semakin tidak
beraturan, rupanya dia terangsang juga, pikirku
dalam hati. "Pop, boleh nggak tangan kakak
masuk ke dalam?" tanyaku takut-takut, Poppy
pun mengangguk pelan malu-malu, akhirnya
kumasukkan tanganku dari bawah baju kaosnya,
pertama tersentuh kulit perutnya yang halus dan
hangat, membuat pikiranku melayang kemana-
mana, semakin ke atas akhirnya ketemu juga
gunung kembar yang selama ini hanya bisa
kubayangkan tanpa bisa kupegang.
Buah dada Poppy masih sangat kencang dan
bulat, kuelus buah dadanya dari luar bra yang
digunakannya, baru kemudian kuberanikan
untuk menyusupkan jemariku ke dalam bra,
halus dan hangat terasa jemari tanganku
menyentuhnya, Poppy pun melenguh, nafasnya
semakin tak beraturan ketika tanganku
menyentuh buah dadanya bagian dalam. Bra
yang kurasakan sangat mengganggu tersebut
akhirnya dengan jerih payah berhasil kubuka,
(karena kebetulan kancing pengaitnya ada di
depan, jadi mudah untuk menemukannya).
Setelah terbuka, tanganku menjadi semakin
leluasa menggerayangi kedua buah dada Poppy.
Kuelus-elus buah dada Poppy memutar keliling
bagian luarnya, baru kemudian kutemukan pentil
susunya yang masih sangat kecil mungil, dan
kubayangkan pasti warnanya merah muda.
Kupelintir-pelintir pentil susunya, membuat
Poppy semakin menggelinjang "aahh, kakk,
Poppy... gelii... banget nih", ujar Poppy, aku tak
bisa menjawab, karena nafsu birahiku semakin
memuncak, aku hanya dapat tersenyum sambil
mengecup keningnya. Tanganku pun semakin
berani bergerilya, sementara tangan kananku
sibuk menggerayangi buah dada, maka tangan
kiriku mulai berani untuk mengelus-elus paha
putihnya, busyeet! teman-teman, pahanya halus
banget, kuelus dari lutut, kemudian naik sedikit
sampai kira-kira 20 cm dari lutut, kemudian
turun lagi, ingin rasanya elusan tanganku ini
kuteruskan ke atas, namun keberanian diriku
belum penuh.
Bibir kami terus berpagutan, sambil terus
berpelukan. Nafsu birahiku semakin bergejolak,
ingin rasanya aku membuka kaos putihnya,
sehingga aku dapat melihat sekaligus menciumi
buah dadanya, namun kutakut kalau Poppy
nantinya malah tersinggung mengingat hal ini
baru pertama kali kami lakukan.
"Sudah diijinkan memegang sampai ke dalam
saja sudah untung", batinku dalam hati.
Aku sadar bahwa segala sesuatu itu harus
melalui proses, demikian juga dengan "hal ini"
walaupun permasalahannya berkisar hubungan
antara 2 insan manusia yang berlainan jenis,
namun kuyakin apabila dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, maka hasilnya pun
akan lebih memuaskan. Kuurungkan niatku,
walaupun kemaluanku sudah semakin
menegang, menuntut sesuatu yang lebih dari
sekedar berciuman dan berpelukan, walaupun
sudah dihiasi dengan elusan-elusan ringan ke
arah 2 bukit kembarnya.
Sedang asyik-asyiknya kami berciuman, tiba-tiba
kudengar suara derit pintu yang terbuka, aku
dan Poppy tersentak kaget, Poppy pun
membenahi rambutnya yang sedikit acak-acakan
sekaligus memasang kait tali BH-nya yang
sempat kubuka tadi.
"Siapa Pop?" bisikku padanya. Poppy
menggelengkan kepalanya, "Mungkin Ibu",
balasnya setengah berbisik. Kami pun langsung
bergegas untuk kembali pada posisi semula. Aku
mengambil buku sambil berusaha untuk
mengatur jalan nafasku yang masih ngos-
ngosan tak karuan.
"Waahh, sialan, lagi nikmat-enaknya, adaa saja
gangguan", batinku dalam hati.
Ternyata dugaan Poppy benar, Ibu keluar dari
kamar, terbangun karena haus sekalian
menengok anaknya yang sedang belajar.
"Waahh... rajinnya anakku, jam segini masih
belajar juga", ujar Ibu sambil membelai rambut
Poppy.
"Gimana Nak Eot, apa Poppy sudah siap untuk
ujian besok?" tanya Ibu padaku.
"Lumayan Bu, soal-soal yang kuberikan tadi
hampir semuanya terjawab benar", jawabku
sambil melirik ke arah Poppy.
"Ya sudah, dilanjutkan belajarnya, Ibu mau bikin
susu dulu buat kalian, biar nggak masuk angin",
sahut Ibu lagi.
"Nggak usah Bu, jadi ngerepotin saja nih", kataku
berbasa-basi.
Tidak lama kemudian Ibu kembali membawa 2
gelas susu coklat panas plus roti buat kita
berdua.
"Makasih ya Bu", ujarku pada Ibu, Ibu
tersenyum kecil sambil mempersilakan kami
untuk meminum susu buatannya.
"Poppy, kalau sudah beres lekas tidur, biar besok
nggak kesiangan bangun, Ibu sudah ngantuk,
mau tidur duluan."
Kami pun kembali ditinggal berdua di ruang
tersebut. "Wah, hampiiirrr saja ketauan, untung
pintunya kedengeran", ujar Poppy sambil
mengelus dada.
"Ya... yaa... yaa, kalau nggak bisa gawat nih,
disuruh belajar PMP kok malah belajar ciuman",
sahutku sambil tertawa lega ibarat maling lolos
yang lolos dari sergapan Satpam.
"Uu... uuuhh... dasar guru ngeres, bukannya
ngasih ilmu buat besok kok malah 'nyonyo' susu
batur" (mainin payudara orang----> dalam
bahasa Sunda)", kata Poppy sambil mencibirkan
bibirnya.
"Tapi... suka kan!" kataku sambil memeluk
Poppy dari belakang.
"Naahh, sekarang mau lanjutin belajar PMP atau
lanjutin belajar dokter-dokteran?" tanyaku pada
Poppy.
Poppy tidak menjawab, ia melepaskan
pelukanku dan berpindah untuk berbaring di sofa
panjang yang kebetulan terdapat di pojok
ruangan. Aku pun berjalan menghampirinya.
"Sakit apa Mbak?" tanyaku sambil pura-pura
memegang keningnya bak seorang dokter yang
menanyai pasiennya.
"Ini Dok, saya dari tadi sesak nafas, kalau nafas
berat banget kayak ada sesuatu yang ngeganjel
di mulut", jawab Poppy sambil tersenyum
manja ke arahku.
"O... ok, kalau begitu coba Mbak buka
mulutnya", sahutku lagi. Poppy pun kemudian
membuka mulutnya, laganya seorang dokter,
aku pun pura-pura mensenter mulutnya bagian
dalam, terlihat barisan gigi putih rapih menghiasi
bagian dalam bibir mungilnya. Melihat posisi
Poppy yang berbaring pasrah di sofa, timbul lagi
hasratku untuk kembali melanjutkan permainan
kami yang sempat terpotong tadi.
"Waduuuhh... ini sih harus diberi nafas
bantuan", kataku lagi. Aku pun kembali
mendekatkan bibirku pada bibirnya, kita pun
segera berciuman kembali dengan gemasnya,
lidahku dan lidahnya saling berkaitan, kadangkala
lidahku digigitnya lembut, mungkin saking
gemasnya. Tanganku pun tidak mau tinggal
diam, segera ikut bergerilya di sekitar permukaan
buah dadanya. Walaupun masih tertutup baju
dan BH, namun aku dapat merasakan bahwa
puting susu Poppy sudah mulai mengeras
pertanda bahwa ia mulai terangsang, hal itu juga
tampak dari jalan nafasnya yang sangat tidak
beraturan. Kemaluanku sudah sangat
menegang, nafsu birahiku kian memuncak,
keringat mengucur deras, otakku sudah benar-
benar dipenuhi oleh pikiran ngeres meminta
sesuatu yang lebih. Aku pun berfikir keras agar
dapat melihat buah dadanya, memegang dan
mengelusnya langsung tanpa ada baju dan BH
yang menghalangi.
Sesaat kuhentikan ciumanku di bibirnya.
Kupandangi wajah imutnya sambil bertanya,
"Gimana Mbak, apa sudah baikan sesak
nafasnya?"
"Belum Dok, malahan sekarang tambah parah,
gimana dong dok?"
Aku pun pura-pura berfikir sambil mengerutkan
dahiku.
"Ooo... Gitu", kataku sambil mengangguk-
anggukan kepalaku.
Aku mengambil sendok yang kebetulan ada di
atas meja.
"Buat apa itu Dok?" tanya Poppy.
"Yaa.. buat periksa dong", sahutku.
"Naahh... sekarang aku mau periksa detak
jantung Mbak, tolong bajunya agak dikeataskan",
pintaku padanya takut-takut.
"Baik Pak Dokter", jawab Poppy sambil mulai
mengangkat kaos putihnya setengah badan.
Tampaklah perut putihnya dan sebagian buah
dada bagian bawah yang masih terbungkus BH
warna putih gading. Aku kaget setengah
gembira melihat pemandangan tersebut, aku
tidak menyangka kalau ternyata malam ini,
malam EBTANAS aku dapat memegang
sekaligus melihat buah dada Poppy, pacarku
tercinta.
"Maaf ya Mbak", sahutku sambil pura-pura
memulai memeriksa pasiennya. Pertama-tama
dengan menggunakan punggung sendok yang
cembung, aku menekan lembut perut Poppy
kemudian kugeser sedikit demi sedikit naik ke
arah buah dada Poppy.
"Waahh... maaf nih Mbak, sepertinya BH-nya
harus dikendorkan habis menghalangi jalannya
pemeriksaan", sahutku ragu-ragu. Tak disangka
Poppy pun melepas tali BH-nya (kaitannya ada di
depan sehingga sangat mudah untuk
membukanya). Dadaku bergemuruh keras,
bagai akan meledak melihat pemandangan yang
demikian menakjubkan, dimana di depan
mataku sepasang buah dada indah, putih nan
cantik belum pernah terjamah sedikitpun
menantang, menanti belaian tangan-tangan
kasarku. Untuk pertama kalinya kumelihat
langsung buah dada wanita seumur hidupku,
buah dada yang berdiri tegak, bulat dihiasi
dengan puting kecilnya yang menonjol
berwarna coklat kemerahan. Untuk beberapa
saat lamanya aku duduk tertegun, tak bergerak,
diam membisu, pandanganku sedetikpun tidak
terlepas dari 2 buah dada indah itu. Seluruh
tubuhku seakan lemas tak bertenaga, otakku
berputar cepat, bingung memikirkan tindakan
apa yang akan kulakukan selanjutnya.
"Kaak... kak, kok bengong sih", tanya Poppy
menyadarkan aku dari lamunanku.
"Buah dada kamu bagus sekali", ujarku refleks.
Poppy pun tersenyum malu sambil menutupi
buah dadanya dengan kedua belah tangannya.
Kusibakkan dua tangannya dari gumpalan
daging indah itu, dengan lembut kuelus buah
dada itu dari bawah kemudian berputar ke atas
mengelilingi puting susunya yang semakin
menonjol itu. Poppy menggelinjang kegelian,
tampak seluruh badannya bergoyang menahan
rasa geli dan nikmat yang tak terkirakan itu.
Mungkin baru sekarang ini buah dadanya
dipermainkan oleh seorang cowok. Nafasnya
seakan-akan berhenti, terutama ketika jemariku
perlahan mengelus dan memutar
mempermainkan puting susunya.
"Kaak...., Poppy geliii... banget", ujar Poppy
sambil mendekap tanganku ke arah buah
dadanya.
Kukecup keningnya untuk menenangkan
hatinya, kucium bibir mungilnya, kemudian
kuciumi leher indahnya, kutelusuri, kujilati
lehernya sampai bersih. Ciumanku perlahan
beranjak turun ke bawah, kucium buah dadanya
satu persatu, baru kemudian kutelusuri buah
dada indah itu dari atas memutar ke bawah,
hingga akhirnya sampai ke puting susunya yang
sudah sangat keras itu. Kujilat puting susunya
perlahan, baru kemudian kuhisap-hisap bagai
anak kecil menyusu ke ibunya. Poppy
memejamkan kedua matanya, seluruh badan
Poppy tampak mengejang terutama ketika
lidahku mengenai puting susunya.
Nafsuku sudah tak tertahankan lagi, ingin
rasanya aku menelanjanginya, dan kemudian
menidurinya, "Tapi itu mustahil", batinku dalam
hati. Sementara mulutku bermain di buah
dadanya, tanganku tak mau kalah, mulai
meraba-raba paha putih Poppy dari bawah
bergerak perlahan ke atas, kusingkap rok mini
yang dipakainya sedikit ke atas, paha indah itu
semakin tampak jelas dihiasi bulu-bulu halus,
tanganku terus bergerak ke atas hampir sampai
ke pangkal pahanya, terasa semakin hangat dan
halus. Tiba-tiba tangan Poppy memegang
tanganku yang tinggal beberapa centimeter saja
mengenai kemaluannya.
"Ka.... ka..., nanti saja ya", ujar Poppy.
"Disini nggak aman", ujar Poppy lagi.
Aku pun menurunkan tanganku. Tak terasa jam
sudah menunjukkan pukul 01.30 malam. Di sini
aku dihadapkan pada 2 pilihan, di satu sisi aku
merasa bahwa kesempatan ini tidak boleh disia-
siakan, namun di sisi lain aku merasa kasihan
pada Poppy yang besok pagi harus mengikuti
ujian EBTANAS. Akhirnya kuputuskan untuk
mengakhiri permainan ini. "Toh besok aku masih
menginap di rumah ini, sudah barang tentu
kesempatan pun akan lebih banyak", pikirku
dalam hati. Akhirnya Poppy pun kusuruh untuk
beristirahat, aku pun beranjak ke kamar Mas
Doddy, namun sampai subuh aku tak dapat
tidur, pikiranku terus melayang pada kejadian
yang baru saja terjadi antara kami berdua,
"Besok aku harus mendapatkan yang lebih",
batinku dalam hati.
Tamat


Adult | GO HOME | Exit
1/941
U-ON

inc Powered by Xtgem.com